Kamis, 29 Maret 2012

MAN JADDA WA JADDA


Siapa yang tidak mengenal pepatah berbahasa Arab ini “Man Jadda Wa Jada”.  Terlebih lagi  ketika  sepenggal kalimat  ini menjadi jargon dalam film negeri 5 menara yang tayang serentak tanggal 1 Maret 2012 di bioskop tanah air. Ya, sepenggal kalimat inspiratif yang mampu memberikan semangat dalam meraih cita-cita dan impian. “Siapa yang bersungguh-sungguh, dia akan berhasil”. Walaupun saya sendiri belum pernah menonton film tersebut.
Kembali ke Man jadda wa Jada yang begitu membius, sampai-sampai disebut bak sepenggal mantra ajaib. Mengapa sepenggal, karena sepenggalnya lagi memang masih ada, yaitu “Man Saaro’ Aladdarbi washola” yang artinya ” Siapa yang berjalan pada jalannya (trek yang benar), maka dia akan sampai di tujuan. Supaya tidak sekedar mantra sakti penghias dinding, tentu saja harus diaplikasikan.
Nah, bagaimana mengaplikasikannya?  Kata kuncinya adalah jadda, bersungguh-sungguh. Tentu kita harus pintar-pintar memilih jalan untuk mengaplikasikannya. Pilih yang Tuhan ridho atau sebaliknya. Sejatinya man jadda wa jada harus diaplikasikan dengan kerja keras, cerdas dan halal. Hard work, smart work dan halal.
Penggalan berikutnya adalah tujuan atau target yang ingin dicapai, yaitu ad-darb,  jalan. “Saaro” adalah modal yang harus dimiliki, yaitu pengetahuan, ketrampilan dan sikap mental yang baik. Kalau dalam manajemen  bahasa kerennya adalah Knowledge, Skill dan Attitude. Pengetahuan bisa didapat dari mana saja, ketrampilan bisa diasah dan dilatih terus menerus, namun yang jadi sandungan adalah ketika kita tidak memiliki attitude atau sikap mental yang baik.
Lihat saja berapa banyak yang sudah mengaplikasikan spirit ini dalam hidupnya, meniti karir dari bawah, menaiki anak tangga demi anak tangga dengan kesungguhan dan perjuangan.  Dan ketika cita-cita sudah dicapai, jabatan dan posisi idaman sudah dalam genggaman, man jadda wa jada ditinggalkan, ad  darb sudah melenceng dari lintasannya.  Terbuai dalam zona nyaman, tidak mau bersusah payah lagi, kalau bisa didapat dengan mudah, mengapa harus  mempersulit diri. Akhirnya  harus turun dengan cara menyakitkan, jatuh dan terhempas. Tak heran bila setiap hari kita dijejali dengan berita penipuan, penggelapan dan korupsi.
Yang memprihatinkan adalah pelaku-pelaku yang menjadi berita tersebut belakangan ini adalah orang-orang muda.  Apakah mereka salah mengaplikasikan  sepenggal mantra sakti man jadda wa jada.  Ya, mungkin saja  dalam proses mencapai tujuannya itu walau dengan kerja keras namun menghalalkan segala cara. Keluar dari trek/lintasannya karena  tidak kuat menghadapi godaan yang amat dahsyat. Ditambah lagi bila berada dalam sistem yang memang sudah korup. Sehingga ketika belum sampai di puncak, sudah gamang. Karena makin ke atas, memang makin kencang angin bertiup.
Man jadda wa jada harus diterapkan terus menerus, walaupun sudah berhasil meraih apa yang diimpikan.  Mungkin maknanya diperluas,  misalnya harus eling dan waspada. Sehingga bila sewaktu-waktu harus turun bisa turun dengan terhormat, mulus dan elegan. Bila belum berhasil, tidak boleh patah semangat, man shabara zafira, siapa yang bersabar, akan beruntung. Jangan lupa usaha keras yang kita lakukan harus diiringi dengan doa, bila kita berhasil itu bukan semata-mata hasil kerja keras kita, tetapi atas izin-Nya. Dan yang terpenting adalah menyadari  bahwa semua yang kita miliki adalah pinjaman dari-Nya, sehingga kita menjadi orang yang pandai bersyukur.
Yuk jadikan spirit “Man Jadda Wajada wa Man Saaro’ Alad-darbi Washola” dalam kehidupan kita. Semoga kesuksesan yang dicapai berkah dan memberi manfaat bagi banyak orang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar